Artikel ini saya buat tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Shinichi Tetsutani dan saudara-saudaranya yang telah mendahului kita beserta keluarga Shin. 😢
Di balik kotak kaca di Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima ada sepeda roda tiga yang sudah usang dan berkarat. Tempat duduknya sudah hilang, begitu juga pedal dan gagangnya, dan seluruh rangka sepeda sudah berkarat. Seperti banyak artefak yang tersimpan di museum yang didedikasikan untuk serangan nuklir pertama di dunia, sepeda roda tiga ini memiliki kisah yang memilukan.
Sepeda kecil ini, yang dulunya berwarna merah cerah, milik seorang bocah laki-laki berusia tiga tahun bernama Shinichi Tetsutani. Shin memiliki dua saudara perempuan, Michiko dan Yoko, dan sahabatnya adalah Kimi, gadis yang tinggal di sebelah rumahnya. Setiap hari Shin dan Kimi bermain bersama dan melihat buku bergambar, terutama yang memiliki gambar sepeda roda tiga yang diinginkan Shin.
Sepeda kecil ini, yang dulunya berwarna merah cerah, milik seorang bocah laki-laki berusia tiga tahun bernama Shinichi Tetsutani. Shin memiliki dua saudara perempuan, Michiko dan Yoko, dan sahabatnya adalah Kimi, gadis yang tinggal di sebelah rumahnya. Setiap hari Shin dan Kimi bermain bersama dan melihat buku bergambar, terutama yang memiliki gambar sepeda roda tiga yang diinginkan Shin.
Dia memohon kepada ayahnya untuk membelikannya, tetapi tidak ada satu pun roda tiga di kota itu. Jepang sedang perang dengan Amerika dan Inggris, dan ketika perang menyeretnya, sumber daya negara-negara itu menipis. Ketika Jepang kehabisan logam untuk membuat tank dan amunisi, mereka merobohkan patung dan pagar umum, dan mengambil sepeda orang dan bahkan panci dan wajan, dan melebur mereka untuk membuat senjata baru. Tidak peduli berapa banyak Shin menangis atau merajuk, tidak ada yang bisa dilakukan ayahnya.
Lalu suatu hari, beberapa minggu sebelum ulang tahun keempat Shin, paman Shin datang membawa hadiah untuk keponakannya. Yang mengejutkan dan menyenangkan Shin, hadiah itu adalah sepeda roda tiga. Paman Shin, yang berada di Angkatan Laut, menemukan sepeda itu tersembunyi dan terlupakan di balik lemarinya. Mengetahui Shin meminta sepeda roda tiga, dia membungkusnya dengan kertas dan memberikannya kepada Shin.
Lalu suatu hari, beberapa minggu sebelum ulang tahun keempat Shin, paman Shin datang membawa hadiah untuk keponakannya. Yang mengejutkan dan menyenangkan Shin, hadiah itu adalah sepeda roda tiga. Paman Shin, yang berada di Angkatan Laut, menemukan sepeda itu tersembunyi dan terlupakan di balik lemarinya. Mengetahui Shin meminta sepeda roda tiga, dia membungkusnya dengan kertas dan memberikannya kepada Shin.
Shinichi Tetsutani dengan kakak perempuannya. |
Shin dan Kimi sering mengendarai sepeda roda tiga di sekitar halaman, berlari, tertawa dan bercanda. Passersby berkomentar betapa cantik dan cerianya anak-anak itu. Hari itu, 6 Agustus 1945, Shin dan Kimi bermain dan mengendarai sepeda roda tiga seperti biasa, ketika sebuah ledakan dahsyat menembus langit pagi. Rumah keluarga Shin ambruk dengan menimpa anak-anak, termasuk dua kakak perempuannya, Michiko dan Yoko.
Shin diselamatkan dari bawah reruntuhan. Wajahnya berdarah dan bengkak, tetapi tangannya masih memegang pegangan stang merah dari sepeda roda tiga. Kimi tidak ditemukan. Orang tua Shin menemukan dua anak mereka disematkan di bawah balok kayu, tetapi sebelum gadis-gadis itu bisa diselamatkan, balok kayu tadi terbakar. 😭😭😭
Keluarga Shin bergabung dengan para penyintas lainnya di tepi sungai. Dengan suara samar, Shin memohon air minum tetapi ayahnya memperhatikan orang-orang di sekitarnya sekarat setelah minum air dari sungai, jadi dia tidak berani memberinya air. Hingga akhirnya Shin tidak terselamatkan malam itu. Padahal sepuluh hari lagi adalah hari ulang tahun yang keempatnya. 😢😢😢
Keesokan harinya, ayah Shin menguburkannya di halaman belakang bersama dengan temannya Kimi dan sepeda roda tiga yang disukainya.
Empat puluh tahun kemudian, ayah Shin memutuskan untuk memindahkan jasad putranya ke kuburan keluarga. Ketika orang tuanya menggali mayat-mayat kecil itu, ayah Shin terkejut menemukan sepeda roda tiga itu. Dia benar-benar lupa tentang itu. Saat dia dengan lembut mengangkat sepeda Shin, ayahnya berpikir, "Ini seharusnya tidak terjadi pada anak-anak. Mungkin jika cukup banyak orang dapat melihat sepeda roda tiga Shin, mereka akan ingat bahwa dunia harus menjadi tempat yang damai di mana anak-anak dapat bermain dan tertawa."
Keesokan harinya, ayah Shin menyumbangkan sepeda roda tiga ke Museum Perdamaian di Hiroshima di mana sepeda ini dijadikan sebagai simbol yang kuat dan pengingat pahit tentang kengerian perang nuklir.
Kisah Shin tertuang dalam sebuah buku anak-anak berjudul Roda Tiga Shin oleh Tatsuharu Kodama yang diterbitkan pada tahun 1992. 📖
Source: Amusing Planet