Mempertahankan perilaku siswa yang sesuai

MEMPERTAHANKAN PERILAKU SISWA YANG SESUAI


MEMPERTAHANKAN PERILAKU SISWA YANG SESUAI


Latar Belakang

Praktik kegiatan belajar yang melibatkan guru dan siswa beserta berbagai hal yang terjadi di dalamnya seringkali menghadapkan guru pada masalah-masalah yang bermacam-macam. Diantaranya adalah seringkali guru merasa kewalahan menghadapi perilaku siswa yang terlalu aktif dan susah diatur, atau bahkan ada juga siswa yang cenderung pasif di kelas. Dan ketika guru merasakan kewalahan dalam menangani situasi kelas yang demikian, maka kreatifitas seorang guru dibutuhkan dalam mengatur kondisi kelas agar kembali kondusif.

Sikap, perilaku, serta kemampuan seorang guru dalam mengatur kondisi kelas berbanding lurus dengan hasil informasi yang diterima siswa. Oleh karena itu, diperlukan kajian khusus yang membahas mengenai hal tersebut. Berdasarkan hal tersebt, maka penulis bberupaya membahas kajian tentang pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku yang berjudul “Mempertahankan Perilaku Siswa yang Sesuai”.

Pengertian Mempertahankan Perilaku Siswa yang Sesuai

Mempertahankan menurut KBBI berarti mengusahakan supaya tetap tidak berubah  dari keadaan semula, menjaga atau melindungi supaya selamat. Sedangkan perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

Mengawasi Perilaku Siswa

Menurut KBBI mengawasi berarti melihat dan memperhatikan (tingkah laku orang), mengamati dan menjaga baik-baik, atau mengontrol. Mengontrol serta menjaga baik-baik perilaku siswa yang sesuai berarti dapat dikatakan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya perilaku siswa yang tidak sesuai.

Walaupun siswa sering kali melakukan berbagai aktivitas, baik itu dalam bentuk perilaku yang baik maupun buruk. Namun dalam hal ini, seorang guru dapat melakukan suatu pengawasan sebagai bentuk pencegahan. Tindakan pencegahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pengelolaan kelas. Untuk itulah guru harus sigap dalam menentukan langkah-langkah yang akan diambil secara efektif dan efisien. 

Menurut mulyani sumantri (1999:283) dalam mengembangkan keterampilan mengelola siswa yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara :

  1. Menunjukkan sikap tanggap, dalam tugas mengajarnya guru harus terlibat secara fisik maupun mental dalam arti guru harus memiliki waktu untuk semua perilaku siswa, baik siswa yang mempunyai perilaku positif maupun perilaku yang bersifat negatif.
  2. Membagi perhatian, guru harus mampu membagi perhatian kepada semua siswa. Perhatian itu dapat bersifat visual maupun verbal.
  3. Memusatkan perhatian pada setiap kelompok, mempertahankan dan meningkatkan keterlibatan siswa dengan cara memusatkan kelompok kepada tugas-tugasnya dari waktu ke waktu.
  4. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, petunjuk ini dapat dilakukan untuk materi yang disampaikan, tugas yang diberikan dan perilaku-perilaku peserta didik lainnya yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung pada pelajaran.
  5. Menegur, tegurlah siswa bila mereka menunjukkan perilaku yang mengganggu atau menyimpang. Sampaikan teguran itu dengan tegas dan jelas tertuju pada perilaku yang mengganggu, menghindari ejekan dan peringatan yang kasar dan menyakitkan.
  6. Memberikan penguatan, perilaku siswa baik yang positif maupun negatif perlu memperoleh penguatan. Perilaku positif diberikan penguatan  agar perilaku tersebut muncul kembali. Perilaku negatif diberikan penguatan dengan cara memberi teguran atau hukuman agar perilaku tersebut tidak terjadi kembali.
Kemudian selain itu, mengawasi perilaku siswa untuk mencegah timbulnya perilaku siswa yang tidak sesuai dapat pula dengan menerapkan strategi berikut.

1. Melalui daftar periksa pemantauan diri.
Daftar periksa pemantauan diri merupakan salah satu alat yang bermanfaat pada keseluruhan rencana guru untuk megajarkan disiplin. Perubahan perilaku dapat terlihat setelahh menerapkan strategi ini, terutama pada siswa yang haus akan sentuhan emosi dan memperlihatkan ketiadaan kendali. Strategi ini bagai kendali dan memberi siswa tanggung jawab untk memperlihatkan kemajuan diri mereka. Pemantauan diri dapat digunakan setiap hari selama beberapa minggu.

2. Kartu pengendalian diri.
Intervensi ini dapat sangat efektif, namun memerlukan sedikit saja upaya dan waktu pihak guru. Efektivitasnya didasarkan pada pemahaman bahwa semua siswa menginginkan sejumlah kendali. Dan lebih baik guru memberi siswa kendali menurut kehendak guru kemudian siswa mengendalikan diri mereka. Intervensi ini juga menangkap siswa yang berlaku baik, yang ditunjukkan oleh riset secara gamblang sebagai cara paling efektif untuk mengubah perilaku.
Kartu pengendalian diri memiliki tiga warna, yaitu:

a. Merah, diberikan kepada siswa untuk tujuan memberhentikan perilakunya ketika muncul masalah perilaku ringan ataupun kronis. Contohnya, ketika seorang siswa mendesak untuk bercakap-cakap bukannya mengikuti pelajaran, dia secara tenang diberi kartu merah yang menyatakan peringatan untuk menghentikan/mengubah perilakunya atau akan mendapatkan panggilan telepon ke rumah.

b. Hijau, diberikan kepada siswa untuk memberitahukan cara mempertahankan siswa pada tugasnya dan mengulang perilaku yang diinginkan. Kartu hijau menyatakan: “5 Nilai Bonus! Kartu ini akan menambah 5 nilai bonus pada tes atau kuis mendatang”.

c. Putih, memberikan insentif ampuh untuk mengubah siklus perilaku negatif kronis. Orang tua dari siswa yang mendapat kartu ini terbiasa mendapat panggila telepon “kabar buruk”. Kartu ini memiliki peluang memberi para siswa ini pujian dan dorongan. Dampaknya selalu lebih efektif daripada peringatan berkelanjutan atas perilaku negatif.

3. Melalui pembentukan tim kolaborasi.
Tim pelayanan merupakan tim kolaborasi yang memasukkan banyak kolaborasi antara guru, spesialis, anggota masyarakat, dan orang tua. Kerja tim pelayanan berfokus pada penyelesaian masalah yang memberi jalan bagi pencapaian akademis dan perkembangan perilaku-emosi. Penyelesaian masalah menjadi bagian reguler dan terpadu dari kerja para anggota tim.

Tantangan utama tim pelayanan adalah menjaga agar senantiasa fokus pada intervensi pencegahan dan perencanaan sadar oleh tim orang yang peduli. Kecenderungan guru yang frustasi karena siswa bermasalah ialah menampaikan keluhan selama pertemuan tim untuk memperoleh solusi atas masalah tersebut. Untuk menjamin setiap pertemuan dapat memikirkan solusi, semua tim dipimpin oleh anggota pegawai yang menerima pelatihan sebagai fasilitator komunikasi dan penyelesaian masalah kelompok. Tanggung jawab paling penting fasilitator tim ialah mengorganisasi pekerjaan tim yang melibatkan sejumlah tugas berikut:

  1. Mengenali siswa. Membantu tim memberi prioritas pada penyelesaian masalah siswa yang dalam bahaya.
  2. Menyusun rangkuman informasi. Menyajikan dan berbagi informasi mengenai siswa bersangkutan.
  3. Menyelesaikan masalah. Memandu tim menjalani proses penyelesaian masalah dengan menyusun rancangan tindakan.
  4. Memantau kemajuan. Memimpin tim memantau pelaksanaan rancangan tindakan dan kemajan siswa ke serangkaian tujuan.
Dengan adanya teknik kemampuan  pencegahan serta strategi pengawasan perilaku yang bersifat aplikatif tersebut, seorang guru dengan mudah dapat mengawasi setiap perilaku-perilaku yang ditimbulkan oleh siswanya.

Menanamkan Kedisiplinan 

Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dann kelompok. Tata tertib itu sendiri dibuat oleh manusia sebagai pembuat dan pelaku. Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertibb tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa disiplin adalah tata tertib, yaitu ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin berarti menaati (mematuhi) tata tertib. Disiplin yang dikehendaki itu tidak hanya muncul karena kesadaran, tetapi ada juga karena paksaan.

Reisman dan Payne mengemukakan beberapa strategi untuk menanamkan kedisiplinan pada siswa diantaranya adalah sebagai berikut: 

  1. Konsep Diri. Strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri siswa merupakan faktor penting dari perilaku.
  2. Keterampilan Komunikasi. Guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan siswa dan mendorong timbulnya kepatuhan siswa.
  3. Konsekuensi-konsekuensi Logis dan Alami. Perilaku-perilaku yang salah terjadi karena siswa telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya.
  4. Terapi Realis. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di sekolah dan melibatkan siswa secara optimal dalam pendidikan.
  5. Disiplin yang Terintegrasi. Guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan dan mempertahankan peraturan dan tata tertib di sekolah ataupun di kelas.
  6. Modifikasi Perilaku. Guru harus mampu menciptakan iklim kelas yang kondusif, yang dapat mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik.
  7. Tantangan Kedisiplinan. Guru harus cekatan, terorganisasi dan tegas dalam mengendalikan disiplin siswa.
Kemudian dalam penanaman kedisiplinan pada siswa melalui peraturan/tata tertib haruslah ada suatu kebudayaan penguatan (Reinforcement), yaitu melalui penggunaan hadiah dan hukuman. Penggunaan hadiah dapat membantu menguatkan perilaku tertentu yang kita inginkan, sementara penggunaan hukuman dapat mencegah perilaku tertentu. Prinsip dasar penggunaan hadiah adalah untuk pertama-tama megidentifikasi apa yang ingin diperkuat, kemudian putuskan hadiah apa yang tepat untuk menguatkan perilaku, dan terakhir gunakan hadiah tersebut sehingga dapat menguatkan perilaku yang diinginkan dengan cara yang paling efektif. Ada sejumlah hadiah yang dapat digunakan untuk menguatkan perilaku yang dikehendaki diantaranya pujian, hadiah, insentif, privilage (hak istimewa). Tetapi dalam memberikan hadiah kita perlu erhati-hati unntuk tidak terlalu banyak menggunakan hadiah eksternal karena dapat mengintervensi motivasi intrinsik siswa.

Meskipun penggunaan hadiah adalah salah satu alat manajemen perilaku yang paling efektif, di beberapa kasus hukuman juga perlu digunakan. Hukuman dirancang untuk menciptakan respons menghindar, dalam arti bahwa siswa mestinya menghindari perilaku yang akan menghasilkan hukuman di masa medatang. Namun walaupun hukuman kadang-kadang perlu, mestinya digunakan sebagai upaya terakhir dan bukan sebagai reaksi otomatik terhadap perilaku-perilaku buruk siswa.

Seringkali pendisiplinan berhubungan dengan penghukuman. Bahkan ada yang menyatakan bahwa keduanya sama saja. Ini yang justru harus kita pahami, bahwa mendidik dengan kedisiplinan bukan berarti menghukum. Berikut perbedaan penggunaan disiplin dan penghukuman yang harus kita pahami.

Disiplin
Mendidik siswa
Memberikan akibat logis
Fokus pada perilaku prososial
Meningkatkan disiplin diri

Penghukuman
Memarahi siswa
Memaksakan akibat yang dibesar-besarkan dan tidak berkaitan
Fokus pada perilaku buruk
Mengganggu kemampuan belajar

Jadi, dalam penggunaan hadiah dan hukuman yang efektif aspek yang paling penting adalah konsistensi, baik di dalam praktik mengajar maupun di sekolah. Bila penggunaan hadiah dan hukuman tidak konsisten, maka ia dipersepsi oleh siswa sebagai sesuatu yang tidak adil dan sewenang-wenang, dan menimbulkan kebencian yang pada akhirnya justru menghasilkan lebih banyak perilaku-perilaku buruk daripada sebaliknya.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mempertahankan perilaku siswa yang sesuai dapat diartikan dengan upaya untuk menjaga reaksi-reaksi siswa terhadap lingkungan khususnya kelas dan sekolah agar tetap pada reaksi yang baik atau sesuai dengan norma. Dalam mempertahankan perilaku siswa yang sesuai ini bisa dilakukan melalui pendisiplinan perilaku dan pengawasan perilaku. Pendisiplinan dapat dilakukan melalui pembuatan dan penerapan aturan-aturan pada siswa yang tertuang dalam tata tertib, baik tata tertib di kelas maupun di sekolah. Dalam pendisiplinan yang dilakukan pun harus ada penguatan untuk mendapatkan perilaku yang diharapkan yaitu melalui pujian dan hadiah terhadap perilak baik atau perilaku buruk yang dilakukan siswa.

Kemudian melalui pengawasan pada perilaku siswa yang dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya seperti yang telah dijelaskan yaitu melalui kartu pengendalian diri guru dapat selalu mengontrol perilaku siswa. Selain itu, melalui pengawasan terhadap perilaku siswa dapat mencegah terjadinya perilaku-perilaku buruk.

Mendisiplinkan dan mengawasi perilaku siswa sanngat penting untuk mempertahankan perilaku siswa yanng sesuai. Oleh karena itu, tidak hanya guru wali kelas saja yang bertannggung jawab atas hal itu, akan tetapi semua guru, kepala sekolah, bbahkan semua warga sekolah serta orang tua akan sangat membantu untuk mempertahankan perilaku siswa jika ikut andil setidaknya dalam hal pengawasan. Dan pendisiplinan dan pengawasan perilaku ini harus dilaksanakan secara terintegrasi dan konsisten untuk mendapatkan hasil yang baik.



DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Khalsa, Sirinam S. 2008. Pengajaran dan Disiplin Harga Diri: Strategi, Anekdot, dan Pelajaran Efektif untuk Keberhasilan Manajemen Kelas. Jakarta: PT Indeks.
Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muijs, Daniel dan David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

undygun

Hi! I'm Undi Gunawan also know as undygun in internet. I'm anime an d kpop antusias. Full time Blogger who love coffee ��

2 Komentar

  1. nice post

    BalasHapus
  2. guru dan ortu berperan penting untuk mengendalikan sikap siswa, tapi kebanyakan siswanya sendiri gk bisa diatur. Nice Post

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama